Mentimun Lokal Madura

Memperkenalkan Mentimun Lokal Madura dan Upaya Pelestariannya

Mentimun Lokal Madura – Bicara Madura, tentu bukan hanya kuliner bebek dan jembatan Suramadu saja. Pulau yang secara administrasi masuk dalam Provinsi Jawa Timur ini menyimpan banyak potensi lainnya. Salah satunya potensi di bidang pertanian.

Uniknya, produk pertanian di Madura itu beberapa merupakan jenis atau varietas lokal. Di mana varietas tersebut memiliki karakteristik khas yang berbeda dengan varietas dari daerah lain. Contohnya, sapi Madura, jagung Madura, dan satu lagi mentimun Madura.

Nah, kali ini saya mau mengenalkan mentimun lokal Madura. Soalnya jika dibandingkan dengan jagung dan sapi Madura, Mentimun Madura jauh kalah populer. Padahal jika dikembangkan bisa berpotensi meningkatkan pedapatan petani Madura.  

Mengenal Mentimun Lokal Madura

Sebelumnya, saya pernah membahas tentang mentimun lokal Madura juga dalam blog ini. Kebetulan waktu itu saya sedang membudidayakannya bersama Ibu di ladang. Jadi sekalian deh saya dokumentasikan.

Penasaran seperti apa bentuk dari mentimun Madura ini? Yuk, simak penjelasan saya berikut.

#1 Ciri-Ciri Mentimun Lokal Madura

Pembeda utama mentimun Madura dengan jenis mentimun lainnya adalah warna kulit buahnya. Ketika muda, kulitnya bewarna hijau. Tapi lambat laun berubah menjadi kuning kecokelatan. Saat benar-benar matang, berubah lagi menjadi cokelat gelap.

Sementara untuk ciri lainnya sama saja. Daging buah berair dan berwarna putih. Bentuk bijinya tipis, lonjong, dan pipih.

Ciri khas lain dari mentimun lokal Madura adalah kulit buahnya yang sedikit tebal dan daging buahnya yang sedikit manis ketika masih muda.

Ciri-ciri mentimun Madura

#2 Sentra Penanaman

Di mana sentra penanaman mentimun Madura? Saya akan menjawab pertanyaan ini berdasarkan pengalaman saja, ya. Sebab data dan informasi terkait mentimun yang satu ini sangat sedikit sekali.

Saya sudah mengenal mentimun Madura sejak saya masih kecil. Beberapa tetangga saya banyak yang membudidayakannya pada waktu-waktu tertentu. Biasanya menjelang bulan Ramadan atau ketika musim tanam padi datang. Desa saya namanya Jangkar, terletak di Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten Bangkalan.

Selain di desa saya. Petani yang sering menanam mentimun Madura adalah petani di Desa Langkap, Kecamatan Burneh. Masuk wilayah Kabupaten Bangkalan juga. Kata Ibu saya, benih mentimun Madura yang dipakai oleh petani di desa saya juga berasal dari sana.

#3 Cara Budidaya

Secara prinsip, cara menanam mentimun Madura sebenarnya sama saja dengan cara menanam mentimun  jenis lain. Perlu tanah yang gembur dan subur serta butuh ajir atau lanjaran sebagai tempat merambat.

Hanya saja kalau di Madura (studi kasus di kampung saya), caranya sedikit berbeda. Petani Madura tidak membuat lanjaran. Mereka membiarkan mentimun Madura merambat di atas tanah. Cara ini sudah terjadi secara turun temurun.

Sekilas, cara ini memang terasa lebih simpel. Petani tak usah repot-repot membuat lanjaran. Namun, cara ini sangat merepotkan ketika masanya panen. Saya merasakannya sendiri ketika menanamnya pada Ramadan tahun lalu.

Baca juga:  Apa itu Tanaman Obat Keluarga? Solusi Alami Kesehatan di Rumah

Karena tanaman mentimun dibiarkan menjalar di tanah. Banyak buah yang tersembunyi di bawah daun dan sulit ditemukan ketika panen. Proses panen jadi lebih melelahkan karena harus membungkuk. Buah juga cepat busuk jika terjadi hujan deras.

carabudidaya mentimun Madura

#4 Area Pemasaran

Area pemasaran mentimun Madura sangat terbatas. Yakni hanya di sekitar wilayah di mana ia ditanam. Maksudnya begini, mentimun Madura yang ditanam di kampung saya. Pemasarannya di sekitar kampung saya juga. Paling jauh hanya sampai ke pasar yang letaknya ada di kecamatan atau kecamatan sebelah. Begitu juga dengan mentimun yang ditaman di kampung lain.

Hal tersebut wajar terjadi, sebab jumlahnya memang sedikit. Meskipun begitu, kondisi tersebut tak mampu mendongkrak harga. Sebab mentimun Madura masih harus bersaing dengan mentimun hijau yang mendominasi di Indonesia.

Alur pemasarannya seperti apa? Kalau di kampung saya begini, petani biasanya akan menjual hasil panen pada para tengkulak di Pasar Jurang. Pasar tradisonal terdekat dari kampung saya. Pasar ini merupakan pasar kecil dan buka hanya sampai pukul 10.00 WIB.

Selepas subuh para petani sudah harus berangkat ke Pasar Jurang. Sebelum matahari meninggi, mereka sudah harus sampai. Sebab pukul 08.00 WIB, para tengkulak biasanya sudah pada pergi.

Nah, tengkulak-tengkulak inilah yang nantinya akan menjual mentimun Madura secara ecer di pasar Tanah Merah. Pasar tradisional yang lebih besar karena letaknya ada di pusat kecamatan.

Jika kamu kebetulan ke Madura dan ingin membeli buah ini. Cobalah mampir ke pasar Tanah Merah Bangkalan, ya. Kalau lagi musim, kamu akan menemukan mentimun Madura dengan mudah. Kamu bisa membelinya mulai harga Rp2.000 saja. Sangat terjangkau kan?

jual mentimun Madura
Lapak penjual mentimun Madura di Pasar Tanah Merah, Bangkalan

#5 Olahan Mentimun Madura

Kalau di Madura sendiri, tak banyak olahan mentimun. Paling sering, mentimun dijadikan rujak buah. Cuma di Madura rujak buahnya berbeda. Kalau biasanya rujak buah disajikan dengan gula merah yang dicampur kacang tanah goreng. Di Madura disajikan dengan petis khas Madura.

Emang petis khas Madura itu yang kayak gimana?  Terbuat dari sari ikan dan rasanya asin pol. Buat yang suka asin dan gurih, pasti suka.

Selain dijadikan rujak. Orang Madura biasa mengolah mentimun sebagai bahan campuran sayur bening dan sayur asem.

Rujak Petis
Rujak Petis Madura

Mentimun Madura, Wuku, dan Cokelat, Samakah?

Dulu, ketika menulis tentang mentimun Madura untuk pertama kalinya. Saya sempat mengalami kebingungan. Bolehkah saya mengatakan mentimun dengan kulit berwarna cokelat ini sebagai mentimun lokal Madura?

Soalnya, setelah mencari beberapa literatur di Internet. Ternyata ada satu jenis mentimun, namanya mentimun wuku. Di mana ciri-ciri buahnya sama persis dengan mentimun Madura.

Baca juga:  Beragam Nama Bagi Sansevieria, Satu diantaranya Cukup Sadis

Benihnya juga diproduksi oleh pabrik. Di marketplace banyak dijual. Artinya, mentimun ini tidak cuma ada di Madura dong?

Rasa bingung saya juga jadi bertambah ketika menonton video seorang youtuber Cina, Long Mei-Mei. Dalam salah satu video yang diunggahnya di Youtube. Long Mei Mei menanam mentimun cokelat yang lagi-lagi cirinya sama persis dengan mentimun Madura tapi ukurannya super besar.

Kanal Youtube Long Mei Mei => https://www.youtube.com/watch?v=ppfbCpv8L8w

Saya sempat mendapatkan angin segar ketika menemukan satu jurnal penelitian berjudul Induksi Partenokarpi dengan Ga3 pada Mentimun (Cucumis sativus L.) Lokal Madura. Kebetulan para penelitinya adalah dosen-dosen saya dari Universitas Trunojoyo Madura.

Sayangnya, jurnal tersebut tidak membahas tentang ciri fisik mentimun lokal Madura yang digunakan dalam penelitian. Sehingga saya tak berani menjadikannya sebagai bahan acuan agar percaya diri menyebutkan mentimun lokal Madura.

Terkait ciri fisik mentimun lokal Madura yang tak dibahas dalam jurnal tersebut, saya bisa memahami. Jurnal tentu terbatas, karena penelitian yang dilakukan lebih mengarah pada cara menghasilkan buah mentimun tanpa biji atau berbiji tapi sedikit. Maka pembahasan tentang tampilan kulit buahnya jadi tak terlalu penting untuk dituliskan dalam jurnal.

Terus gimana? Tenang, saya sudah menemukan jawabannya dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2004. Peraturan tersebut menjelaskan jika varietas lokal merupakan varietas asli Indonesia dan varietas dari luar negeri tetapi telah dibudidayakan secara turun temurun oleh petani serta menjadi milik masyarakat setempat. Penjelasan serupa juga tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 29 tahun 2021.

Maka, tentu penyebutan mentimun Lokal Madura tidak salah, dong. Sebab, mentimun Madura sudah dibudidayakan di Madura sejak lama dan secara turun temurun. Benihnya pun dikembangkan dan dibuat sendiri oleh petani setempat.

Kalau pun ternyata mentimun berkulit cokelat namanya mentimun Wuku. Maka mentimun wuku di Madura merupakan varietas lokal Madura dan di masyarakat lebih dikenal dengan sebutan mentimun Madura. Ada juga yang menyebutnya sebagai tèmon konèng  (mentimun kuning).

Benih mentimun Madura

Mentimun Madura, Bertahan Meski tak Diperhatikan

Dibandingkan dengan jagung Madura dan sapi Madura. Mentimun Madura kurang mendapatkan perhatian. Jagung Madura saja sudah ada varietas unggulannya, yakni elos dan kretek. Sapi Madura juga sangat terkenal karena masuk dalam bagian budaya, yakni kerapan sapi.

Soal literatur juga sama. Masih banyak artikel maupun jurnal penelitian yang membahas tentang jagung Madura dan sapi Madura. Sementara untuk mentimun Madura sangat minim sekali.

But, saya salut pada mentimun Madura ini. Meski tak terlalu mendapat perhatian, ia mampu bertahan dan terus eksis sampai sekarang. Serta masih menjadi primadona di kalangan masyarakat Madura pedesaan.

Temon Koneng

Upaya Pelestarian Mentimun Lokal Madura

Pertanyaannya, perlukah variestas lokal dikembangkan, dilindungi dan dilestarikan?

Pertama, varietas lokal merupakan kekayaan sumber daya genetik dari sebuah daerah. Jadi tentu perlu dilindungi dan dilestarikan.

Baca juga:  Yuk Mengenal Tanaman Vanili Lebih Dekat!

Kedua, varietas lokal punya daya adaptasi yang tinggi di daerah tempat ia dibudidayakan. Biasanya mudah tumbuh dan tahan terhadap hama atau hewan pengganggu. Sehingga memiliki potensi hasil yang baik pula.

Saya pernah melakukan eksperimen kecil-kecilan. Yakni mencoba menanam mentimun wuku dan mentimun Madura bersamaan. Dari hasil pengataman saya, kotiledon –dua daun yang pertama kali tumbuh– mentimun Madura warnanya lebih hijau dan lebih tahan terhadap serangan hama.  

Tentu ini hanya klaim sepihak dari eksperimen yang saya lakukan. Untuk pembuktian yang lebih valid diperlukan adanyapenelitian lebih lanjut.

Lalu upaya apa yang bisa dilakukan untuk melestarikan mentimun Madura ini? Tentu dibutuhkan kerja sama semua pihak. Pemerintah daerah, akademisi/peneliti, dan petani mentimun Madura sendiri.

Pemerintah bisa mengambil peran dengan mendaftarkan mentimun Madura sebagai varietas lokal. Selain itu bisa membantu memperluas pemasaran serta mengadakan berbagai program pendampingan.

Untuk pemasaran, di Madura itu menjamur rumah makan bebek goreng. Pemerintah daerah bisa mejadi perantara antara pemilik usaha dengan petani. Bayangkan, jika semua rumah makan tersebut menggunakan mentimun Madura sebagai lalapan, ini sudah menjadi peluang pasar baru.

Pihak peneliti bisa memberikan rekomedasi teknologi budidaya yang lebih baik. Sehingga petani bisa memanen hasil yang lebih banyak.

Untuk para petani mentimun Madura sendiri perlu mendapatkan acungan jempol. Bisa dikatakan jika merekalah yang telah aktif melakukan upaya pelestarian. Mereka terus membudidayakan mentimun Madura sehingga tetap ada sampai sekarang. Mereka bahkan membuat dan mengembangkan benih sendiri.

Saya, selaku sarjana pertanian. Punya ketertarikan khusus pada dunia tanaman dan kebetulan suka menulis. Maka upaya pelestarian yang bisa saya lakukan adalah memperkenalkan mentimun Madura dalam bentuk tulisan agar semakin dikenal khalayak ramai.

Dalam blog kopijagung.com, sudah ada 3 tulisan yang membahas mentimun Madura. Salah satunya tulisan yang sedang kamu baca ini.

Harapan saya cuma satu. Metimun Madura tak memiliki nasib yang sama dengan buah juwet dan padi gogo. Dulu, keduanya masih mudah ditemui di kampung saya. Kini, mereka sudah tak pernah terlihat lagi.

Upaya pengembangan dan pelestarian mentimun Madura tentu bisa mendorong semangat petani. Sehingga punahnya petani mentimun Madura bisa dicegah.

Sambil menunggu adanya upaya pelestarian lebih lanjut. Terutama dari pemerintah. Yuk, kita dukung petani mentimun lokal Madura dengan cara membeli hasil panen mereka.

Sumber referensi:

pvtpp.setjen.pertanian.go.id/cms2017/berita/mau-dibawa-ke-mana-varietas-lokal-kita/

jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2004/13TAHUN2004PPPenjl.htresearchgate.net/publication/341981231_Induksi_Partenokarpi_dengan_Ga3_pada_Mentimun_Cucumis_sativus_L_Lokal_Madura 

lppm.ub.ac.id/wp-content/uploads/formidable/29/Materi-Prof.Dr_.Ir_.-Kuswanto-MP..pdf

Artikel ini ditulis oleh Luluk Sobari, Lifestyle Bloger and Gardening Enthusiast

Bagikan

2 comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *