Fabel Rakyat Madura: Dua Singa, Rusa, dan Anjing. Rusa berjalan mengendap-endap diantara ilalang yang tumbuh tinggi dan hijau. Ilalang-ilalang itu menutupi tanah yang amat sangat luas. Padang ilalang namanya. Sudah berhari-hari, rusa sangat ingin memakan ilalang yang begitu hijau itu.
Namun padang ilalang adalah tempat yang sangat berbahaya. Tidak ada yang berani mendekat apalagi sampai masuk jauh ke dalamnya. Sebab, ada dua ekor singa yang menghuni padang ilalang tersebut. Kedua singa itu sangat kejam. Mereka akan memangsa siapa saja yang dilihatnya.
“Aku hanya akan memakan ilalang di bagian tepi saja,” pikir rusa. “Dengan begitu singa-singa itu pasti tidak akan melihatku.”
Rusa pun mulai menghampiri bagian tepi padang ilalang. Harum ilalang yang telah disiram embun pagi menyerbak kemana-mana. Rusa menciumi ilalang-ilalang itu berkali-kali sebelum memakannya. Lalu susa mulai memamah ilalang yang masih hijau dan segar itu.
“Nikmat sekali ilalang-ilalang ini,” gumam susa sambil mengunyah.
Padang ilalang ini dulunya adalah tempat tinggal para rusa, kelinci, juga sapi. Mereka hidup damai dan saling berbagi. Tidak ada yang kelaparan sebab makanan tersedia begitu banyaknya. Hingga pada suatu hari, datanglah dua ekor singa. Mereka mulai memangsa rusa, kelinci, juga sapi. Hingga para rusa, kelinci, dan sapi memilih pergi mencari padang ilalang yang lain.
Namun sejauh apapun mereka pergi, mereka tidak pernah bisa menemukan padang ilalang yang sama. Padang ilalang yang mereka temui hanya ditumbuhi sedikit ilalang yang cepat menguning.
Rusa makan dengan nikmat, memuaskan rasa laparnya. Hatinya pun begitu riang, sebab selama ini ia hanya makan ilalang yang sudah hampir kering. Dalam hati ia mengutuk kedua singa yang sudah mengambil padang ilalang para rusa, kelinci, dan sapi.
Rusa terus makan dengan lahap, tanpa disadari ia mulai memasuki area ilalang lebih dalam. Sementara dari kejauhan, kedua singa telah memperhatikan rusa dari tadi. Mereka sengaja membiarkan rusa makan dengan lahap dan membiarkan rusa masuk ke padang ilalang lebih dalam. Dengan begitu, sulit bagi rusa untuk melarikan diri.
“Ini sudah waktunya untuk menangkap Rusa itu,” bisik singa pertama.
“Baiklah, seperti kesepakatan awal. Kita akan menangkapnya bersama-sama dan akan memakannya bersama-sama,” kata singa kedua.
“Sekarang kita hadang dia dari arah depan dan belakang,” singa pertama memberi perintah.
Singa pertama dan singa kedua langsung berpencar, singa pertama akan manah rusa dari depan, singa kedua akan menahan Rusa dari belakang. Mata mereka terus memantau pergerakan rusa. Hidung merekapun telah mencium bau daging segar.
“Hahaha… apa kau sudah kenyang rusa?” tanya singa pertama.
Rusa terkejut, ia segera memuntahkan semua ilalang yang sedang dikunyahnya. Rusa menatap ke sekelilingnya, tanpa ia sadari ia sudah berada di tengah-tengah ilalang yang tumbuh subur. Perutnya tiba-tiba sakit, antara kekenyangan dan ketakutan. Tubuh Rusa gemetar dan keringat langsung mengalir di seluruh tubuhnya.
“Jika belum kenyang makanlah sepuasmu!” kata singa kedua yang sudah berdiri tidak jauh dari belakang Rusa.
Rusa menoleh. Kini ia lebih terkejut sebab kedua singa sudah mengepungnya. Rusa semakin gemetar, peluhnya semakin mengucur.
“Sudah lama kami tidak makan daging rusa yang sangat lezat,” singa pertama menjilat bibirnya sendiri, menahan air liurnya yang hampir menetes.
“Hari ini kita mendapatkan rezeki yang lezat kawan,” lanjut singa kedua. Kedua singa berjalan perlahan mendekati Rusa.
Dalam ketakutan rusa terus berpikir, ia harus melakukan sesuatu. Entah langsung berlari secepat mungkin, atau mengambil tindakan berani dengan melawan kedua singa itu.
Tidak, keduanya tidak bisa ia lakukan. Jika ia langsung lari, kedua singa itu akan langsung mengejarnya. Dan mereka pasti akan berhasil menangkapnya. Tapi jika dia melawan itu lebih tidak mungkin lagi. Dua lawan satu, sudah pasti dia akan kalah. Tapi rusa tidak ingin mati.
“Singa, maafkan aku. Tolong jangan makan aku, kasihanilah aku!” Rusa memohon kepada kedua singa itu. Hanya itulah yang bisa ia lakukan. Sedikit berharap kedua singa itu masih memiliki sedikit rasa belas kasih.
Kedua singa itu semakin tertawa terbahak-bahak mendengar permohonan rusa. Mereka semakin senang sebab melihat rusa yang ketakutan.
“Bagaimana kawan? Apa kita akan memaafkannya dan melepaskannya?” tanya singa pertama.
“Hahaha… sepertinya tidak untuk kali ini,” jawab singa kedua.
Mendengar jawaban singa kedua, lutut Rusa langsung lemas. Seketika Ia terjerembab ke tanah.
Melihat Rusa terjerembab Kedua singa kembali tertawa. Lalu perlahan mereka mendekat dan terus dekat. Rusa pun hanya bisa pasrah.
“Ya tuhan, tolonglah aku! Jangan biarkan kedua singa ini memakanku,” rusa memanjatkan Do’a. Matanya terpejam erat, tidak berani menatap singa. Tamatlah sudah, ia pasti akan mati.
Singa pertama yang ada dihadapannya sudah melompat hendak menerkamnya. Kuku-kukunya mengkilat di terpa sinar matahari. Aumannya terdengar ke seluruh area padang ilalang. Tubuh rusa pasti akan kesakitan, terkoyak-koyak tanpa tersisa satu potong daging dan tulang pun.
Rusa pasrah, ia benar-benar akan mati sekarang. Sudah menjadi akibat dari kesalahannya. Tidak pernah mau mendengarkan nasehat agar tidak sekalipun mendekati padang ilalang tempat kedua singa itu tinggal.
Rusa masih memejamkan mata. Ia menunggu namun belum juga terjadi apa-apa. Tidak ada gigi-gigi tajam yang merobek-robek dagingnya. Tidak ada rasa sakit yang dirasakannya. Hanya terdengar auman keras yang bersahut-sahutan dan begitu memekkan telinga.
Rusa membuka matanya secara perlahan. Dan yang terlihat, kedua singa yang tadi hendak menerkamnya sedang berkelahi. Singa kedua telah berhianat. Saat singa pertama hendak menerkam rusa, singa kedua langsung menghalangi. Ia ikut melompat dan menyerang singa pertama.
Rupanya, dari awal singa kedua sudah berniat untuk memakan rusa sendirian. Kini ia sedang berusaha mengalahkan singa pertama. Jika singa pertama sudah mati, ia akan memakan rusa sendirian.
Kedua singa saling mencakar dan saling memukul. Auman keduanya bersahut-sahutan. Dan darah mulai mengucur dari tubuh keduanya.
“Dengar, aku tidak akan membagi rusa denganmu,” kata singa kedua.
“Jadi kamu sengaja menyerangku?” tanya singa kedua. “Baiklah, aku juga tidak akan membagi rusa denganmu.”
“Kalau begitu diantara kita harus ada yang mati,” Jawab singa kedua.
“Baiklah, aku tidak takut padamu,” tantang singa pertama.
Kedua singa kembali saling mencakar dan memukul. Rusa mundur perlahan, sedikit menjauh dari kedua singa itu. Kini ia semakin bingung sebab kedua singa sedang memperebutkannya.
Pluk. Ada yang melempar Rusa dengan batu kecil. Rusa menoleh, mencari tahu siapa yang melakukannya.
Sosok hitam kemudian menampakkan dirinya. Seekor anjing hutan. Rusa menatap anjing hutan kebingungan. Anjing hutan kembali melemparinya dengan batu kecil. Lalu dengan kepalanya memberi tanda agar rusa mendekatinya. Dengan ragu rusa mendekati anjing.
“Rusa, kenapa kamu diam saja?” tanya anjing saat rusa sudah sampai di dekatnya.
“Maksud kamu?” rusa balik bertanya pada anjing.
Anjing menggeleng-gelengkan kapalanya. “Rusa, pintarlah sedikit,” ucapnya kemudian. Sungguh ia prihatin sekali terhadap rusa.
“Kamu tadi hendak dimangsakan oleh kedua singa itukan?” tanya anjing.
Rusa mengangguk.
“Kamu ingin melarikan diri dari merekakan?” tanya anjing lagi.
Rusa kembali mengangguk.
“Kalau begitu, ini saatnya kamu pergi,” tutur anjing dengan geram sebab rusa yang tidak cepat mengerti.
Rusa tiba-tiba tersadar. Mengapa ia begitu bodoh?
“Baiklah anjing, terima kasih sudah mau mebantuku,” ucap rusa.
“Sama-sama,” jawab anjing.
“Aku janji, suatu hari aku akan membalas kebaikanmu ini.”
Anjing hanya mengangguk lalu kembali menyuruh Rusa untuk segera pergi. Ia pun juga segera pergi.
Kedua singa terus berkelahi, keduanya sama-sama kuat. Mereka pun akhirnya kelelahan dan mengakhiri perkelahian. Tidak ada yang menang juga tidak ada yang kalah.
“Maafkan aku,” ucap singa kedua penuh penyesalan.
“Betapa bodohnya kita,” ucap singa pertama.
“Ya, karena ketamakanku kita jadi kehilangan rusa itu,” sesal singa kedua.
“Hilanglah sudah mangsa kita,” sesal singa pertama pula.
Kedua singa itu pun hanya bisa meratap. Karena ketamakan dan keangkuhan mereka, mereka harus mengalami kerugian besar. Bukannya makanan yang mereka dapat tapi tubuh yang penuh luka yang mereka dapat.
Note: Cerita ini saya sadur dari sebuah buku lama. Yiatu buku berbahasa madura yang terbit pada jaman penjajahan Belanda. Detail bukunya saya lupa. Semoga nanti saya bisa menemukan buku itu kembali dan mengulasnya di blog ini.
Baca juga: Lamben Sare, Sang Anak Ajaib
[…] sertakan dalam buku antologi ini berjudul Dua Singa, Rusa, dan Anjing. Teman-teman bisa membacanya di sini. Cerita ini sebenarnya saya sadur dari sebuah buku kuno. Kenapa saya bilang kuno karena buku […]
ijin menterjemahkan ke dalam bahasa inggris, untuk saya jadikan bahan ajar
monggo, kak