Rapunzel dari Mandailing. Namanya Samroh, anaknya kecil dan berkulit putih. Bagi saya wajahnya tergolong wajah berkategori manis. Pertama kali bertemu sekitar beberapa bulan yang lalu. Sudah lama juga, karena sudah bukan hitungan sat bulan atau dua bulan. Tapi sudah lima bulan atau tujuh bulan yang lalu.
Samroh sebenarnya adalah teman kuliah keponakanku. Keponakan yang seumuran denganku. Dan ia sedang tinggal bersamaku. Karena kami sama-sama merantau ke kota depok. Keponakan itu adalah anak dari sepupuku. Jadi berdasarkan silisilah dia adalah keponakan. Saat ini ia sedang S2 di PTIQ.
Samroh Pulungan
Karena ada tugas akhirnya Samroh harus menginap di kosan kami (saya dan keponakan). Bertama bertemu Samroh sudah menarik perhatianku. Anaknya ceria dan sangat bersahabat. Saya suka saat dia bicara. Ia dari batak. Logat bataknya memang tidak terlalu kental tapi masih sangat terdengar.
Usut punya usut. Samroh ternyata Pulunga. Jadi namanya Samroh Pulungan. Berdasarkan hasil wawancara yang saya lakukan dia berasal dari Mandailing. Salah satu nama daerah di Medan sana.
Selanjutnya aku tak banyak bertanya selain tentang kota asalnya saja. Sebab selanjutnya aku lebih suka bercanda dengan Samroh. Anaknya enak diajak bicara dan selalu apa adanya.
Kisah Hidup Samroh Pulungan
Di balik tubuhnya yang kecil, dibalik orangnya yang ceria. Samroh menyimpan cerita duka. Ibunya meninggal sejak ia masih beurmur dua tahun. Hingga besar ia dirawat oleh kakaknya. Tanpa sengaja tahulah saya tentang sebuha Rahasia besar. Mungkin juga bukan Rahasi. Sebab Samroh juga baru tahu dari kakaknya.
Suatu hari Keponakan saya bercerita tentang meninggalnya ibu Samroh secara tragis. Pada suatu pagi Ayah Samroh sudah melarang ibu Samroh untuk pergi ke ladang. Sebab ada seekor gajah yang sedang mengamuk. Entah apa sebabnya, ibu Samroh tidak menuruti perkataan ayah Samroh. Ia tetap pergi ke ladang bersama dua kakak Samroh.
Dan benarlah. Mereka di ladang akhirnya bertemu dengan gajah yang sedang mengamuk. Ibu samroh dan kedua kakak samroh langsung lari menghindari amukan gajah. Tapi apalah daya. Tubuh gajah yang besar itu tidak mudah dihindari. Akhirnya ibu Samroh menyuruh kedua anaknya naik ke atas pohon. Namun naas, ia sendiri tak sempat menyelamatkan diri. Dan gajah itu menginjak tubuh ibu Samroh hingga ibu Samroh meninggal dunia. Tubuh kecilnya tak lagi mampu berkutik menghadapi besarnya tubuh gajah yang mengamuk.
Karena kejadian itu, salah seorang kakak Samroh sangat trauma. Ia takut gajah sejak saat itu. Pernah saat berkunjung ke kebun binatang. Kakak Samroh meronta-ronta, mengamuk, dan meraung-raung karena melihat gajah. Masih teringat jelas di ingatannya bagaimana ibunya meregang nyawa di kaki seekor gajah.
Kini waktu sudah berlalu sangat jauh. Kakak Samroh sudah berkeluarga. Traumanya sudah hilang. Tapi kenangan akan kematian ibunya tak akan pernah bisa ia lupakan. Samroh yang juga tak tahu menahu karena ia masih kecil. Merasakan hatinya teriris mendengar cerita itu. Selama ini ia hanya tahu bahwa ibunya meninggal karena sakit. Ibu yang tak pernah menemaninya tumbuh dewasa itu tiba-tiba terngiang di matanya. Bagaimana sakitnya ia saat tubuhnya diinjak oleh gajah.
Itulah sedikit kisah hidup Samroh yang sangat menyentuh hatiku. Tapi Samroh tetaplah Samroh. Ia lucu dan selalu enak diajak bercanda. Satu hal lainnya dari samroh adalah rambutnya. Pertama kali saya tahu rambutnya itu sangat mengejutkanku. Rambutnya begitu panjang hingga sampai pada betisnya.
Baca juga: Rizqi Penjual Tisu
Samroh, Sang Rapunzel dari Mandailing
Setelah ia menginap untuk kesekian kalinya di kontrakanku barulah aku bertanya-tanya bagaimana ia sampai memiliki rambut yang sangat panjang itu. Kata Samroh ia sudah tidak pernah memotong rambutnya sejak kelas 3 SD. Meskipun dipotong hanya sedikit saja dibagian bawah-bawahnya saja. Hanya untuk merapikan saja. Berdasarkan pengakuan Samroh, ia tidak ribet dalam merawat rambutnya. Sudah biasa katanya. Bertolak belakang denganku yang sangat tidak suka memanjangkan rambut. Cuma panjang sampai sebahu sudah ku potong. Sebab rontok yang tak berkesudahan.
Ya itulah Samroh. Putri Medan yang kujuluki Rapunzel Mandailing. Kisah hidupnya sangat menginspirasiku. Dan aku suka mengbrol dengannya. Darinya aku belajar, bahwa kadang aku adalah perempuan paling beruntung di dunia ini. Ayah dan Ibuku masih ada. Maka setidaknya aku harus banyak-banyak bersyukur. Dan aku harus menyayangi mereka juga mendoakan mereka mumpung mereka masih ada.
[…] Baca juga: Rapunzel dari Mandailing […]