Gara-Gara Sinetron

Gara-Gara Sinetron Kecerdasan Saya Turun 10% Setiap Malamnya

Saya tidak mengada-ada pren. Gara-gara sinetron nggak jelas di ANTV dan Indosiar, saya benar-benar semakin goblok. Otak saya makin tumpul, tak bisa berpikir logis lagi.

Saya sebenarnya sudah tobat pren. Sempat dua tahun saya absen menonton TV (saat masih bekerja di Depok). Tapi Semenjak pulang kampung saya jadi penikmat TV lagi.

Semuanya terjadi karena ibu dan mbak saya pren. Mereka tiap malam kayak wajib gitu mantengin TV. Terus mereka setipe lagi, kalau ngidupin TV volumenya gede banget. Meski saya di kamar saya bisa tahu mereka lagi nonton apaan.

Yah maklumlah pren. Rumah saya (rumah ibu-bapak maksudnya) dan rumah mbak saya nggak sebesar Istana Cinere milik Anang Hermansyah. Yang kamarnya banyak, ruang keluarga dan ruang tamunya terpisah, dan dapurnya luas. Lah rumah kami, ruang tamu dan ruang keluarga jadi satu dan hanya berbatas pintu dengan kamar yang cuma 2 ruangan saja.

Oh ya lupa. Mbak yang saya maksud di sini adalah kakak saya yang pertama. Dia sudah menikah dan tinggal di rumahnya sendiri di Bangkalan (salah satu kabupaten di Madura). Saya sering menginap di rumahnya. Ok lanjut ya curhatnya.

Parahnya lagi pren, TV di rumah dan TV mbak saya eror-nya sama. Channel TV yang jelas dan terang hanya ANTV dan Indosiar. Jadinya tontonannya juga sama. Kalau nggak sinetron seri soal pelakor ya sinetron bersambung yang alurnya suka kemana-mana nggak jelas.

Gara-Gara Sinetron Pelakor

Sinetron ini soundtracknya pakai lagunya Rosa. Tapi saya nggak pernah tuh sedih dengan ceritanya meski didukung soundtrack yang mendalam. Habisnya ceritanya dibolak-balik aja tiap hari.

Judul-judulnya aneh-aneh Pren, bikin tepok jidat. Malam ini ja (tulisan ini saya buat sambil menonton TV) judulnya ‘Aku Adalah Istri yang Memiliki Suami Puber Kedua’. Pernah juga ceritanya tentang istri kedua yang pura-pura jadi pembantu di rumah suami dengan istri pertamanya.

Gara-Gara Sinetron Bawang Putih Bawang Merah

Sinetron ini sebenarnya judulnya menarik pren, ‘Bawang Putih Berkulit Merah’. Tapi soal cerita, duh sama aja. Sangat-sangat tidak masuk akal.

Ceritanya soal dua saudara tiri, satunya baik dan satunya jahat. Mereka mengalami kecelakaan yang menyebabkan wajah mereka hancur. Mau tidak mau dioperasi plastik dong dan dokternya salah mengoperasi. Kesalahan itu disengaja oleh si jahat.

Lagian aneh banget, masak ia dokter bisa salah operasi. Emang nggak ada pengecekan dulu ya sebelum operasi? Tes DNA gitu. Mosok dokter ceroboh banget. Ah sudahlah, saya nggak sanggup meneruskan ceritanya. Terlalu banyak hal yang tidak masuk akal.

Gara-Gara Sinetron Lama

Saat ini ANTV sedang menayangkan ulang sinetron-sinetron lama. Ada ‘Muslimah’ dan ‘Inayah’. Kedua sinetron ini paling gila. Kengawurannya sudah tingkat dewa.

Muslimah digambarkan sebagai seorang muslimah yang lemah lembut tapi selalu teraniaya. Dia rela menggagalkan pernikahannya gara-gara kakak kandungnya bunuh diri saat ijab kabul hendak diucapkan. Selanjutnya ia selalu menjadi sosok yang dibenci, disalahkan, dan dijahati. Antara sabar dan bodoh jadi nggak bisa dibedakan pren.

Inayah juga pren. Sepuluh sebelas sama Muslimah. Ceritanya dia terpaksa jadi istri ke empat dari orang kaya yang bernama Kanjeng Doso. Inayah kerjaannya juga dijahatin mulu sama istri Kanjeng Doso yang ketiga. Sampe rasanya pengen masuk ke dalam TV saya kalau lihat Inayah lempeng-lempeng bae.

Loh kok saya jadi paham banget gitu ya?

Hiks, itulah pren kenapa saya bilang kalau kecerdasan saya turun 10% setiap malamnya. Sekarang mah saya udah goblok banget, udah mggak bisa berpikir logis lagi. Udah tahu sinetron-sinetron itu pada edan, tapi saya pantengin ja tiap malam.

Awal-awalnya saya hanya curi-curi dengar kalau ibu atau mbak saya lagi nonton TV. Selanjutnya saya jadi gregetan karena dialog-dialog yang nggak masuk akal. Saya jadi penasaran kan, keluarlah saya dari kamar dan ikut menonton.

Malam-malam selanjutnya pren, saya terus nonton lagi dan lagi. Saya kayak masuk perangkap gitu. Saya jadi selalu pengen tahu, keanehan macam apalagi yang akan dipertontonkan oleh sinetron-sinetron itu pren. Lama-lama saya jadi kayak orang cinta bilang benci pren.

Duh gimana caranya biar saya nggak gandrung sama sinetron-sinetron itu lagi ya pren? Masak ia saya harus masukin TV punya ibu dan mbak saya ke dalam kardus kemasannya. Kayak dulu pas saya di Depok. Tapi Kardusnya pada nggak ada pren. Kalau pun ada saya khawatir jadinya saya malah yang dimasukin ke kardusnya. Ibu dan mbak saya pasti nggak rela TVnya saya lenyapkan pren. Gara-gara sinetron, semua jadi ribet gini. Gimana dong?

Baca juga: Tanah Rantau

Bagikan

2 comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *