Penyakit Kulit Skabies

Skabies, Si Penyakit Kulit yang Ngetren di Kalangan Pesantren

Pesantren adalah tempat kita mencari ilmu, baik itu ilmu agama, umum, sosial dan lain sebagainya. Tentu, ada banyak anak yang tinggal di sana untuk kepentingan tersebut. Melakukan aktivitas bersama dan kadang menggunakan barang bergantian. Sehingga, wajar bila anak pesantren akrab sama penyakit kulit bernama Skabies.

Apa itu Skabies?

Skabies adalah salah satu penyakit gatal-gatal di kulit karena tungau atau kutu kecil bernama Sarcoptes scabiei. Mungkin kita lebih mengenal penyakit kulit ini dengan nama lain kudis.

Seringnya, penyakit kulit ini mengenai banyak orang dalam satu tempat, seperti pesantren. Karena hanya gatal-gatal, kita pikir bukan masalah besar. Sekedar nggak cocok dengan air dan semacamnya.

Apalagi kalau yang kena adalah banyak anak di pesantren. Jadi, kayak bukan penyakit sih. Lebih ke kebiasaan wajib yang harus mereka lalui. Bahkan ada yang sampai parah hingga kondisi kulitnya lecet sampai luka-luka.

Gejala Penyakit Skabies

Tungau Sarcoptes scabiei tuh aktifnya malam hari. Jadi, kalau kita kena penyakit kulit yang penyebabnya adalah tungau ini. Maka, kita bakal merasa gatal-gatal yang hebat terutama malam hari.

Awalnya tungau betina bakal membuat semacam terowongan buat meletakkan telur sekitar 10-25 di dalamnya. Pada ujung terowongan itu biasanya ada beruntusan kecil. Karena gatal dan kita terus menggaruknya maka terowongan itu jadi samar dan nggak terlihat.

Oh iya, tungau jenis ini sukanya beraktivitas di daerah lipatan tubuh. Seperti pergelangan tangan, kaki, siku, ketiak, leher, sela-sela jari, sampai bagian kelamin.

Coba deh cek pada anak pesantren! Umumnya gatal-gatal ya di sekitar daerah lipatan. Sela-sela jari tangan sih yang paling banyak.

Penularan Penyakit Skabies

1. Kontak Langsung dari Kulit ke Kulit

Kalau udah banyak orang yang kena dalam satu tempat itu sudah pasti ya. Penularan penyakitnya melalui kontak dari kulit ke kulit.

Apalagi di pesantren yang kadang satu kamar bisa berisi lebih dari dua orang anak. Malah di tempatku dulu satu kamarnya berisi 30-an anak. Kebayang gimana kondisi kami di kamar ‘kan. Meski nggak sampai berdesak-desakan sih. Tetap saja, kalau pas tidur ya dempet-dempetan.

2. Penggunaan Barang Pribadi secara Bersama-sama

Tahu sendirilah ya kalau di pesantren. Kita bisa saja pinjam-meminjam baju, handuk, kasur atau barang-barang lainnya.

Seringnya, kita bodoh amat apakah teman yang kita pinjami baju tuh punya penyakit Skabies atau nggak. Yang penting kita suka bajunya dan pingin pakai ya pinjam saja. Nanti setelah pakai dan beres dicuci baru deh kita kembalikan.

Dengan begitu, tungau Sarcoptes scabiei bisa merangkak dengan mudah dan bikin terowongan buat telur mereka di kulit orang baru.

Cara Mengatasi Penyakit Skabies

1. Salep Khusus Skabies

Kita nggak boleh sembarangan mengobati penyakit ini ya, Gaes. Karena itu cuma bakal bikin penyakitnya nggak sembuh-sembuh.

Cara mengatasinya adalah membunuh tungau Sarcoptes scabiei dengan salep khusus Skabies. Gunakan sesuai aturan pakainya.

2. Obat Gatal

Cara Mengatasi Penyakit Skabies

Penyakit kulit ini ‘kan muncul dengan rasa gatal yang kadang nggak tertahan. Khususnya kalau malam hari.

Oleh karena itu, kita bisa mengurangi rasa gatalnya dengan mengonsumsi obat-obatan golongan antihistamin. Misalnya, CTM, Cetirizine, Loratadin dan lain-lain.

3. Pengobatan Menyeluruh

Kalau kita tinggal di lingkungan pesantren. Maka pengobatan yang efektif adalah mengobati semua santri yang terkena penyakit Skabies secara menyeluruh. Biar siklus hidup tungau Sarcoptes scabiei bisa terputus dan nggak muncul gejala lagi pada santri yang lain.

4. Hindari Penggunaan Barang Secara Bersamaan

Tungau Sarcoptes scabiei bisa hidup 2-3 hari di permukaan handuk, baju, kasur atau selimut. Oleh karena itu, kita perlu mencuci setiap lembar pakaian, kasur dan selimut setiap hari. Kalau perlu dengan air panas.

Selain itu, coba deh hindari penggunaan barang secara bersamaan. Mending gunakan barang pribadi masing-masing.

Kesimpulan

Skabies adalah penyakit gatal pada kulit karena aktivitas tungau Sarcoptes scabiei. Penularannya melalui kontak langsung, baik itu dari kulit ke kulit mau pun penggunaan barang pribadi secara bergantian.

Budaya pinjam-meminjam barang pribadi yang ada di pesantren semakin membuat penyakit kulit ini ngetren di kalangan santri.

Sehingga, cara mengatasinya adalah dengan memutus siklus hidup tungau secara menyeluruh ke seluruh santri yang terkena. Bisa juga dengan menghindari penggunaan barang pribadi secara bersama-sama.

Semoga bermanfaat.

Bagikan

19 comments

  1. Sepertinya dulu temanku yang juga mondok pernah merasakan skabies seperti ini mbak. Ya, dia merasakannya di sela sela jarinya

    Budaya pinjam meminjam di pondok juga kerap terjadi, sering banget keponakan atau keluarga yang cerita terkait hal ini

    Ya ga bisa dipungkiri kalau akhirnya bisa kena skabies ini

    Kalau dulu pernah ada yang bilang, misal anak pondok kena sakit semacam ini kayak ujian kira2 dia bakalan betah untuk lanjut menuntut ilmu di pondok atau nggak. Gitu

  2. Keponakan saya juga pernah kena penyakit kulit seperti itu ketika belajar di pesantren. Tapi setelah keluar, sakitnya sembuh. Mungkin memang perlu ya, diobati secara menyeluruh dulu semua santrinya, supaya gak ada lagi yang terkena skabies.

  3. Skabies gak boleh dianggap sepele ya. Kudu diatasi sampai tuntas.
    Selain gatalnya yang dapat mengganggu konsentrasi saat nyantri, juga dapat menular ke anak lainnya.

    1. Makanya memutuskan rantai penularan jadi wajib banget. Sayangnya anak2 pesantren suka pakai barang secara bergantian ataupun bersama2. Makanya sosialisasi tentang penanggulangan scabies dirasa perlu

  4. seram juga ya Skabies ini, karena kutu itu gak terlihat jadi mudah penyebarannya ya.
    anak-anak yang akan lanjut sekolah di Pesantren wajib banyak diwanti-wanti agar tidak boleh bergonta-ganti pakaian pribadi untuk meminimalisir penyebar penyakit Skabies ya.

  5. Wah, ini pas banget karena adik saya tinggal di ponpes. Sering banget kena skabies ini. Baru sembuh, kambuh lagi. Memang sekamar itu bisa sampai 10 orang, padahal sempit. Kasurnya dipake rame2, duh. Wajib dikasih tau nih, minimal meminimalisir kebiasaan nggak sehat.

  6. Anakku pernah kena waktu nginep di rumah sodara. Sempat ditanya juga ama dokter, kakaknya ada yang tinggal di pesantren? Huhu..Kasian banget liatnya. Capek ngobatinnya dan bersih-bersih tempat yang kira-kira ada tungau ini. Alhamdulillah sekarang sudah sembuh.

  7. Kalau urusannya pinjam barang pribadi ini yang bikin mudahnya penularan ya. Sehingga memang harus lekas diatasi, apalagi kalau urusan gatal ini memang gak enak

  8. Memang benar nih, kadang kalau belum terkena penyakit ini mrekera bilangnya belum jd anak pondok betul.. Hehee..
    Tp klo tau udah kena penyakit ini biasanya sekali trus gk pernah lg.. Betul gak ya.. Kata sodara yg pada di pesantren sih.. Tp kalo tau sakit memang harus sgera diobati biar gk makin parah ya..

  9. Tetangga aku pernah mondok, dan kena skabies.
    Edukasi ttg skabies ini menurut aku penting bgt deh, apalagi soal penggunaan barang secara bersamaan. Ini tuh kayak hal sepele tapi berbahaya.

  10. Wah iya sih penyakit kulit menular seperti ini rentan terjadi di pesantren. Anak-anak yang mondok di pesantren harus lebih dikasih tau supaya tidak pinjem-pinjeman barang pribadi seperti handuk dll

  11. Skabies ini kelihatannya sepele ya, tapi sebenarnya berbahaya kalau tidak ditangani dengan benar. Apalagi di lingkungan anak yang tinggal di asrama, baik pesantren atau asrama siswa sejenis. Bisa menular juga kan.

  12. Gatalnya pasti mengganggu banget nih. Apalagi bereaksi pas malam hari, waktu yg seharusnya untuk beristirahat. Kalau tidak ditangani bisa mempengaruhi kualitas tidur santri.

  13. Haturnuhun atas infonya, kak.
    In syaa Allah anakku tahun depan masuk pesantren shingga aku sudah dapat info mengenai Skabies. Jadi bisa antisipasi dan mengobati bila benar terjadi. Semoga pihak pesantren senantiasa memberikan pelayanan kebersihan dan dari anak-anak satu asrama juga saling jaga kebersihan sehingga semua sehat.

  14. Akuu baru banget denger jenis penyakit ini. Harus aware suatu saat kalau anak haru ada berkegiatan atau bahkan perlu tinggal di asrama

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *