Kata ulang dalam bahasa madura

Yuk Belajar Kata Ulang dalam Bahasa Madura!

Bentuk kata ulang dalam Bahasa Madura memang berbeda dengan
kata ulang dalam Bahasa Indonesia. Sehingga, orang dari luar Madura sering
kebingungan dengan pola kata ulang tersebut. Contoh saja penjual sate keliling
yang sering meneriakkan kata ulang ‘te-sate‘ saat berjualan.

Pasti banyak yang bertanya-tanya; Kenapa te-sate, kenapa tidak sate-sate atau sate saja? Daripada bingung yuk pelajari bersama jawabannya. Kamu yang asli Madura pun wajib mengetahui jawabannya. Biar tidak bingung jika ada yang bertanya soal kata ulang dalam bahasa Madura ini.

Sekilas tentang Bahasa Madura

Bahasa Madura adalah bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat etnik Madura sebagai sarana komunikasi sehari-hari. Selain di Madura sendiri beberapa daerah di ujung timur Pulau Jawa yang dikenal dengan daerah “Tapal Kuda” seperti Situbondo dan Probolinggo juga menggunakan Bahasa Madura sebagai bahasa sehari-hari mereka. Selain berfungsi sebagai alat penghubung dalam keluarga maupun masyarakat, Bahasa Madura juga berfungsi sebagai lambang kebanggan daerah dan lambang identitas daerah.

Kata Ulang (Oca’ Rangkep) dalam Bahasa Madura

Salah satu karakteristik khas bahasa Madura terdapat pada kata ulangnya. Bentuk pengulangan bahasa Madura umumnya berupa pengulangan sebagian. Proses pembentukannya adalah dengan mengulang suku kata akhir dari kata dasar dan diletakkan di depan kata dasar itu sendiri.

Dalam “Kamus Lengkap Bahasa Madura Indonesia – Dengan Ejaan Bahasa Madura Tepat Ucap” (Adrian Pawitra 2009) disebutkan bahwa secara umum terdapat tiga jenis kata ulang dalam Bahasa Madura. Yaitu:

#1. Kata Ulang Dwi Lingga

Kata Ulang Dwi Lingga adalah perulangan suku kata akhir. Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-), contoh:

na’-kana’ = anak-anak

ka-bhungka = pohon-pohon

sa-biyasa = biasa-biasaRèng-perrèng = bambu-bambu

Baca juga: 4 Sastra Lisan Madura

#2 Kata Ulang Dwi Purna

Kata Ulang Dwi Purna adalah perulangan suku kata awal. Bentuk ulang ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya tanpa menggunakan tanda hubung (-). Contoh:

Cacangka = cabang-cabang

Lalakon = pekerjaan-pekerjaan

Dâdâunan = dedaunan, daun-daun

Papastèn = kepastian

#3 Bentuk Ulangan Sempurna

Bentuk ulangan sempurna adalah bentuk ulang yang ditulis secara lengkap dengan tanda hubung (-), contoh:

Moghâ-moghâ = mudah-mudahan

Jhâlân-jhâlân = jalan-jalan

Kembali ke kata tè-satè, ia merupakan kata ulang dengan kata dasar satè. Dilihat dari pola pembentukannya tè-satè merupakan kata ulang Dwi Purna, yaitu perulangan suku kata awal. Proses pembentukannya adalah dengan mengulang suku kata akhir dari kata dasar dan diletakkan di depan kata dasar itu sendiri.

Yap itulah penjelasan singkat tentang kata ulang (oca’ rangkep) dalam bahasa Madura. Semoga setelah ini tidak ada yang bertanya-tanya atau bingung dengan pola kata ulang dalam bahasa Madura.

Bagikan

One comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *