Melihat Proses Pengelolaan Sampah di TPST Bantar Gebang

Pengelolaan Sampah di TPST Bantar Gebang  –  Ribuan ton sampah dihasilkan oleh perkotaan di seluruh Indonesia setiap harinya. Lebih dari setengahnya berakhir di TPA (Tempat Pemrosesan Akhir). Sisanya dibuang sembarangan dan hanya sedikit saja yang didaur ulang.  

Lalu, pernahkah kamu memikirkan nasib  sampah-sampah yang berada di TPA? Diapakan sih sampah-sampah itu? Untuk mengetahui jawabannya, yuk, berkunjung ke Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang! Tapi berkunjungnya lewat tulisan dulu ya.   

Kondisi Terkini TPST Bantar Gebang

TPST Bantar Gebang dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemprov DKI Jakarta.  Menampung sampah kota Jakarta sejak tahun 1989. Luasnya 110,3 Ha dimana 81,91% digunakan untuk landfill. Sisanya digunakan untuk membangun sarana dan prasarana penunjang.  

Saat ini, TPST terbesar di Indonesia ini lebih asri. Terdapat ruang terbuka hijau yang mengelilingi lokasi pengolahan sampah. Gunungan sampah juga ditata dengan rapi membentuk seperti terasering.  

Sebenarnya, TPST Bantar Gebang sudah harus berhenti menerima kiriman sampah. Sayangnya, belum ada TPST pengganti yang bisa digunakan. Pembangunan PLTSa di berbagai titik Kota Jakarta belum selesai.

Green TPST Bantar Gebang

Pengelolaan Sampah di TPST Bantar Gebang

Bagaimana proses pengelolaan sampah di TPST Bantar Gebang? Kita bisa mempelajarinya dari berbagai fasilitas yang dimilikinya. Berikut penjelasan rincinya

1. Landfill

Landfill merupakan penimbunan sampah pada suatu lubang tanah. Jenis landfill di TPST Bantar Gebang adalah controlled landfill. Terbagi dalam 5 zona yang masing-masing ketinggiannya sekitar 40 M. Ini adalah ketinggian maksimal sebuah landfill agar tak rawan longsor.

Pada bagian bawah landfill  diberi lapisan geomembran (kedap air) yang dilengkapi dengan pipa pengumpul dan penyalur air lindi. Air lindi nantinya dikirim ke fasilitas IPAS untuk diolah lebih lanjut.

Truk pembawa sampah yang sudah ditimbang akan membongkar muatannya di titik pembuangan pada salah satu zona landfill. Sebagian kecil sampah yang baru datang langsung dipilah. Sampah plastik dijadikan bahan bakar PLTSa. Sampah organik diolah menjadi kompos.

Sampah yang tak sempat diolah langsung diangkut secara estafet menggunakan excavator ke titik tertinggi landfill.  Sampah-sampah tersebut kemudian diratakan dan dipadatkan menggunakan bulldozer.  Setiap tahun landfill  di TPST Bantar gebang ditutup dengan tanah –Idealnya, seminggu sekali–. Tujuannya untuk mengurangi bau, perkembangbiakan lalat, dan keluarnya gas metana.

Pengelolaan sampah di TPST bantar gebang

2. Unit Komposting

Unit komposting merupakan unit pengolahan sampah organik mejadi kompos. Sementara ini lebih banyak mengolah sampah yang berasal dari Pasar Induk Kramat Djati. Setiap harinya TPST Bantar Gebang mampu memproduksi 1.500-1.600 kg kompos. Ribuan ton kompos yang dihasilkan dipasarkan ke sentral-sentral toko pertanian. 

3. Instalasi Pengelolaan Air Sampah (IPAS)

IPAS adalah fasilitas yang dapat mengolah air lindi yang tertampung dari landfill. Air lindi ini dihasilkan dari dekomposisi sampah organik yang bercampur dengan air hujan. Merupakan cairan yang berbahaya jika dibuang begitu saja karena masih mengandung senyawa organik dan anorganik dengan konsentrasi tinggi. Air lindi dari landfill yang sampai di IPAS diolah secara biologi, kimiawi, dan fisika. Jika baku mutunya sudah sesuai dengan Permen Lingkungan Hidup dan Kehutanan baru dibuang ke badan air.

4. Power House

Power House adalah penghasil energi terbarukan dengan mengubah gas metana menjadi energi listrik. Gas metana di TPST Bantar Gebang dikelola oleh PT NOEI. Saat ini hanya gas metana dari landfill zona satu saja yang diolah.

Landfill di zona satu ditutup dengan lapisan geomembran. Fungsinya untuk menangkap gas metana yang dihasilkan dari proses dekomposisi sampah organik secara anaerob. Gas metana dialirkan ke penampung dan pendingin melalui pipa-pipa yang ditancapkan ke tumpukan sampah. Selanjutnya dijual ke PLN untuk diubah menjadi listrik.

5. Pembangkit Listrik tenaga Sampah (PLTSa)

PLTSa di TPST Bantar Gebang bernama PLTSa Merah Putih. Memanfaatkan sampah plastik sebagai bahan bakar. Sampah plastik yang sudah dipilah dan dikeringkan dibakar untuk memanaskan air. Uap dari air dimanfaatkan untuk menggerakkan generator. Perhari listrik yang dihasilkan sebanyak 110,59 kWh per ton sampah yang dibakar.

Tugas Panjang TPST Bantar Gebang

Berbeda dengan TPST,  banyak TPA di seluruh Indonesia mengelola sampah secara open dumping. Di mana semua sampah dibuang dan ditumpuk begitu saja tanpa pengolahan lebih lanjut. Sehingga mencemari lingkungan dan menjadi sumber penyakit.

TPST Bantar Gebang memang jauh lebih baik dibandingkan dengan TPA. Namun, masih banyak beban yang ditanggungnya. Lebih dari 7 ribu ton sampah setiap harinya masuk dalam kondisi tercampur antara organik dan anorgnik. Hal ini menyebabkan pengolahan sampah di TPST menjadi lebih berat.

Total sampah yang terkumpul juga sudah melebihi kapasitas. Menyebabkan umur TPST tak bisa lagi diperpanjang. Tumpukan sampah yang ada juga masih harus diolah agar tak menjadi gunungan sampah abadi. Dan ini akan membutuhkan waktu yang lama.

Kenapa sampah harus dipliah?

Apa yang Bisa Kita Perbuat?

Karena itu, kita perlu memilah sampah dari rumah. Agar sampah yang masuk ke TPA dan TPST berkurang. Sebaiknya sampah residu atau sampah yang tak bisa didaur ulang saja yang berakhir di keduanya. Seperti plastik dari jenis LDPE, popok, tusuk sate, tisu dan sebagainya.

Sampah anorganik seperti plastik keras , kertas, besi, dan kaca kita berikan kepada pemulung saja. Biarkan mereka menuju pabrik daur ulang melalui pemulung untuk diolah kembali. Ketimbang berakhir di TPST atau TPA dan terbengkalai begitu saja.  

Buat kalian yang tinggal di daerah Jakarta, Tangerang Selatan, dan Bekasi bisa menggunakan layanan Personal Waste Management. Layanan penjemputan sampah anorganik ke rumah dari Waste4Change.

Untuk sampah organik sebaiknya juga kita olah menjadi kompos secara mandiri. Ada metode komposting yang cocok untuk skala rumah tangga. Yaitu Keranjang Takakura dan Komposter. Rumah dengan lahan terbatas pun bisa menggunakannya.    

cara memilah sampah

Akhir Kata: Ayo Pilah Sampah dari Rumah!

Memilah sampah dari rumah itu penting dilakukan. Mengingat sampah yang berakhir di TPST maupun TPA tak semuanya dikelola lebih lanjut. Sampah-sampah yang bisa didaur ulang dijual atau diberikan saja ke Pemulung. Jika sulit menemukan pemulung bisa menggunakan layanan Personal Waste Management dari Waste4Change –Area layanan Jakarta, Tangerang Selatan, dan Bekasi–.

Ke depan, semoga banyak TPA yang berubah menjadi TPST. Bagaimanapun TPST jauh lebih baik dalam mengelola sampah. Agar terwujud Pengelolaan Sampah Indonesia (Waste Management Indonesia)  yang lebih baik.

Bagaimana? Sudah mendapatkan gambaran tentang apa yang terjadi dengan sampah di TPST dan TPA? Kalau iya, mulai sekarang kita harus bertanggungjawab terhadap sampah yang kita hasilkan dengan memilahnya dari rumah. (Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Blog Waste4Change Sebarkan Semangat Bijak Kelola Sampah 2021. Nama penulis: Luluk Rofiatul Adawiyah) 

Bagikan

41 comments

  1. Nice info, Sis. Banyak hal yang baru saya tahu dari artikel ini. Terima kasih. Next, boleh banget dijelasin tentang metode Keranjang Takakura dan Komposter. ☺️

      1. Daging banget kak tulisannya..
        Aku juga pingin deh buka usaha yang mengolah sampah gitu.
        Tapi memang harus dikuatkan niatnya, karena untuk memisahkan sampah organik dan non-organik masih kadang2 juga belum tiap saat
        Hmmm

  2. Waah.. Seru banget baca artikel ini. Jadi inget cerita temen2 yg tinggal di negara lain, misalnya Korea. Disana pemilahan sampah sudah dilakukan sejak dari rumah masing2. Hal ini patut kita contoh dan kita jadikan kebiasaan baru untuk masa depan yg lebih baik.
    Good job, kak Luluk..!
    Terima kasih sudah membuka mata dan wawasan kami semua..

    1. Sama-sama Kak Tiar. Memang masih banyak PR soal sampah ini. Indonesia masih kalah jauh soal pengelolaan sampah. Tapi kita bisa mulai dengan memilah sampah dulu.

  3. Yah. Kita sudah selayaknya bertanggung jawab dengan sampai di rumah kita. Kalau nggak bisa mendaur ulang, seenggaknya kita bisa membantu para petugas itu dengan memilahnya dari rumah. Sehingga mereka akan lebih fokus mendaur ulang. Jadi menghemat tenaga juga.

    1. Betul. Memilah sampah dari rumah akan sangat membantu para pekerja di tempat pengolahan sampah akhir. Jangan lupa. sampah anorganik ke Pemulung saja biar bisa diaur ulang. Akan lebih bermanfaat tentunya.

  4. Sebelum baca artikel ini mikirnya bahwa TPST itu kotor dan hanya menjaadi tempat pembuangan sampah toh. Ternyata di TPST ini ada proses pengelolaan sampahnya sehingga lebih bermanfaat. Mulai dari kompos sampai pembangkit listrik. Semoga kedepannya bisa lebih baik lagi. Kirain ini hanya tanggungjawab pemerintah…. ternyata, kita bisa ikut andil dengan mulai memilah sampah dari rumah.

    1. Betul Mbak, Masyarakat dan Pemerintah harus saling bekerjasama, Tidak boleh kerja sendiri-sendiri.

  5. Pertama kali mendengar atau membaca tentang bantar gebang mesti image-nya sudah kotor, bau, dan jorok. MasyaAllah, setelah membaca ini saya langsung kaget, ternyata sudah berubah. Sekarang jadi sangat rapi dan indah. Jadi ingin mengajak anak-anak untuk berkunjung dan belajar bagaimana mengelola sampah, agar bisa mengurangi penumpukan sampah di muka bumi ini.

    1. Mendukung sekali Mbak kalau mau wisata edukasi bareng anak-anak di sana. Bisa buat ngajarin mereka pentingnya mengelola sampah.

  6. Saya baru tau, kalau setengah sampah dari kota itu akan dibuang bukan di TPA. Lalu dibuang ke manakah gerangan?

    Ternyata banyak sekali ya langkah atau proses pengolahan sampah di TPST Bantar Gebang. Baru tempe saya nya.

    Semua sampah berawal dari rumah tangga, maka penting banget bagi kita untuk pandai memilih dan memilah jenis sampah sebelum dibuang. Atau kalau bisa diolah sendiri di rumah ya. Itu kalau bisa, kalau nggak bisa, yaudah sih nggak apa-apa, kan nggak maksa juga, hehehe…

    1. lebih dr 60% dibuang ke TPA terdekat Mas. Sisa dari itu di buang sembarang dan didaur ulang. Namun yang didaur ulang hanya sedikit.

  7. Sepakat, dengan mengelola sampah sendiri, akan mengurangi volume sampah yang berakhir di TPA atau TPST. Bisa juga dengan kerjasama bareng waste4change yang telah lama mengurusi sampah. Keren..

  8. Ternyata penting banget pemilahan sampah dari rumah itu ya Mbak, biar nanti tidak tercampur-campur di TPA atau TPST, saya pribadi baru mulai belajar mengelola sampah dengan baik. Berat sih, tapi demi bumi

  9. Bantar Gebang identik dengan TPA hehe
    Sptnya banyak yg sudah dilakukan dalam Pengelelolaan sanpahdi Bantar Gebang ini ya. Cuma belum maksimal. Banyaknya sampah yg masuk harusnya jd potensi untuk priduksi.
    Semoga masalah sampah di Indonesia dapat teratasi

  10. Wah baru tahu Bantar Gebang udah asri gitu? Dulu sempet heboh ya…
    Aku sih udah memiliah sampah dari rumah. Tapi pas diangkut sama petugas dari rumah, tercampur lagi deh di TPA kompleks.
    Jadi yaa…paling kukasihkan langsung ke pemulung yg memang mencari barang khusus (botol kemasan, plastik minyak, shampoo, dll)

    1. Keren Mbak Hani.Udah memilah sampah dari rumah. Yap memang pengelolaan sampah di Indonesia belum baik secara keseluruhan. Kita udah milah dari rumah eh kok dicampur sama petugas. Pilihan tepat memberikannya pada pemulung.

  11. Saya respect sama orang orang yang kerja di pembuangan sampah.. Klo ndak ada mereka pasti sampah ndak berkurang…

    1. Betul sekali Mas, karena itu mari kita bantu mereka dengan memilah sampah dari rumah dan tak mengirim semua sampah ke TPA atau TPST

  12. Bener bnaget kadang main masukin aja semua sampahnya, karna pengelolaan sampah yang kurang baik

    1. Ia Kak, krn sampah di TPST dan TPA belum semuanya diolah, memang sebaiknya kita pilah, non organik kasih pemulung, organik diolah sendiri. nah sisanya baru ke TPA.

  13. respect dan salut bgt ssama yang kerja di tepat pembuangan sampah,,,nggak bisa berkata kata

    aku setuju indonesia semoga bisa ketat kayak korea atau negara lainnya, yang sampah harus dipilah2 sesuai jenisnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *